SULTAN HASANUDDIN
Oleh : H. A. Ahmad Saransi
Sultan Muhammad Said Tumenanga ri Papambatunna adalah Raja Gowa ke-15 yang memerintah antara tahun 1639 hingga 1653. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Gowa semakin mengukuhkan diri sebagai salah satu kerajaan maritim terkuat di kawasan timur Nusantara. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas, berwibawa, dan mampu menjaga kestabilan politik di tengah persaingan kekuasaan dengan kerajaan-kerajaan tetangga serta kehadiran bangsa asing yang mulai merambah perairan Sulawesi.
Menjelang akhir hayatnya, Sultan Muhammad Said berwasiat agar yang menggantikannya kelak sebagai Raja Gowa adalah putra yang sangat ia percaya: Sultan Hasanuddin. Wasiat ini bukanlah keputusan yang diambil sembarangan, melainkan hasil dari keyakinan mendalam bahwa putranya memiliki keteguhan hati dan keberanian yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan besar di masa depan.
Sultan Hasanuddin, yang lahir pada 12 Januari 1631 dengan nama lengkap Muhammad Bakir I Malombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Sultan Hasanuddin Tumenanga ri Balla' Pangkana, sejak muda telah menunjukkan kecerdasan, keberanian, dan sikap kepemimpinan yang menonjol. Didikan langsung dari lingkungan istana yang sarat dengan nilai kepemimpinan dan keislaman membuatnya tumbuh sebagai sosok yang disegani, bukan hanya oleh bangsawan dan rakyat Gowa, tetapi juga oleh kawan maupun lawan politiknya.
Ketika naik tahta pada tahun 1653 sebagai Raja Gowa ke-16, Sultan Hasanuddin segera menghadapi gelombang besar konflik dengan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang ingin menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Ia menolak tunduk pada monopoli yang ingin dipaksakan Belanda dan memilih mempertaruhkan segalanya demi kehormatan serta kedaulatan kerajaannya.
Karena kegigihan dan keberaniannya melawan VOC, Sultan Hasanuddin mendapat julukan "Ayam Jantan dari Timur", sebuah gelar yang mencerminkan semangat pantang menyerah dan keperkasaannya di medan perang. Hidupnya tidak banyak diisi dengan kesenangan pribadi, sebab hampir seluruh waktunya diabdikan untuk membela rakyat dan negerinya dari ancaman penjajahan.
Sultan Hasanuddin wafat pada 12 Juni 1670, meninggalkan warisan perjuangan yang membekas kuat dalam ingatan bangsa. Atas jasa-jasanya yang besar, pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 887/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Dengan demikian, amanat Sultan Muhammad Said kepada putranya terbukti bukan hanya menjaga kesinambungan kepemimpinan Gowa, tetapi juga melahirkan seorang tokoh besar dalam sejarah Indonesia, yang namanya akan selalu dikenang dalam semangat perlawanan terhadap penjajahan: Sultan Hasanuddin, Sang Ayam Jantan dari Timur.

0Komentar